Jumat, 16 September 2011

Kendalikan Diabetes Cegah Komplikasi

     Diabetes Melitus adalah suatu kondisi dimana tingginya konsentrasi glukosa (gula sederhana) di dalam darah karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara optimal.
     Insulin adalah hormon yang dikeluarkan sel beta di pankreas yang bertanggung jawab dalam mempertahankan konsetrasi glukosa darah yang normal.

Peran Insulin dalam Tubuh
     Dalam keadaan sehat, tubuh kita akan menyerap glukosa dalam jumlah yang tepat dari makanan kemudian menyimpan sisanya. Glukosa tersebut diperlukan tubuh sebagai bahan bakar. Glukosa yang diserap dari makanan akan diangkut ke seluruh tubuh yang memerlukan dengan bantuan insulin, hormon yang dihasilkan pakreas. Bila jumlah glukosa berlebih maka insulin membantu menyimpan kelebihan glukosa tersebut di dalam organ hati dan otot (dalam bentuk glikogen), atau diubah menjadi trigliserida yang disimpan di dalam jaringan penyimpan lemak (adiposa).
     Insulin yang berikatan dengan reseptornya (seperti kunci dan anak kunci) dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Bila insulin tidak ada atau kerja insulin terganggu, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, tetapi berada di dalam pembuluh darah sehingga konsentrasi glukosa di dalam darah akan meningkat. Glukosa dalam darah yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah yang disebut komplikasi diabetes.


Pentingnya Pengelolaan Diabetes
     Tujuan pengelolaan diabetes secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes dengan mencegah terjadinya komplikasi menahun. Empat pilar pengelolaan diabetes yaitu edukasi, terapi gizi  medis, latihan jasmani, serta intercensi farmakologis. Keempat pilar ini berjalan bersamaan demi optimalisasi pengelolaan diabetes.
     Laboratorium Klinik berkomitmen untuk membantu diabetisi (penyandang diabtes) dalam mengelola diabetes melalui penyediaan pemeriksaan laboratorium yang berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan panel yang berisi sejumlah tes laboratorium yang bermanfaat untuk memantau kondisi individu penyandang diabetes memantau kepatuhan dalam mengikuti terapi dan untuk melihat risiko komplikasi yang mungkin terjadi.
Jenis Pemeriksaan
Tujuan Pemeriksaan

  • Glukosa Puasa
  • Glukosa 2 jam pp
Melihat konsentrasi glukosa individu pada saat diperiksa

  • HbA1c
Melihat konsentrasi rata-rata glukosa selama 3 bulan terakhir,
menilai kepatuhan individu dalam mengikuti regimen terapi diabetes
(keberhasilan terapi) serta berguna untuk manajemen DM yang optimal
  • Albumin Urin Kuantitatif
  • Kreatinin
  • Urine Rutin
Menilai fungsi ginjal karena pada penyandang diabetes
banyak komplikasi yang mengarah pada ginjal
  • Albumin/Globulin
  • SGPT
Melihat adanya gangguan hati
  • Kolesterol Total
  • Kolesterol LDL Direk
  • Kolesterol HDl
  • Trigliserida
Melihat adanya gangguan lemak, yang umum terjadi pada diabetes, dan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung kororner
HbA1c dan Apa Manfaatnya
     HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin (bagian dari sel darah merah). HbA1c yang terbentuk dalam tubuh akan disimpan dalam sel darah merah dan akan terurai secara bertahap bersama dengan berakhirnya masa hidup sel darah merah (rata-rata umur sel darah merah adalah 120 hari).
     HbA1c menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-rata selama periode 1-3 bulan. Jumlah HbA1c yang terbentuk sesuai dengan konsentrasi glukosa darah. Pemeriksaan HbA1c digunakan untuk kontrol glukosa jangka panjang pada penyandang diabetes. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan 3 bulan sekali atau 4 kali dalam setahun.

Perbedaan Pemeriksaan HbA1c dan Glukosa Darah
     Pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan hanya dapat mencerminkan konsetrasi glukosa darah pada saat diukur saja dan sangat dipengaruhi oleh makanan, olehraga, dan obat yang baru dimakan. Jadi, tidak dapat menggambarkan bagaimana pengendalian konsentrasi glukosa dalam jangka panjang.

Komplikasi Gagal Jantung
     Diabetes Melitus (DM) yang tidak terkendali dapat mengakibatkan komplikasi pada jantung yaitu berupa Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan gagal jantung. Kadar gula darah yang tingg, terlebih bila disertai dengan faktor risiko lain seperti displidemia (gangguan kadar lipid atau lemak), hipertensi dan kegemukan, dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah koroner jantung, sehingga dapat menyebabkan tertutupnya aliran darah yang memberikan suplai darah pada otot jantung. Akibanya, dapat terjadi serangan jantung akut yang dapat mengakibatkan kematian mendadak.
     Kelainan pembuluh darah jantung akibat DM, juga dapat terjadi pada pembuluh darah kecil yang dapat mengakibatkan sel otot jantung juga tidak dapat bekerja dengan baik (kardiomiopati), sehingga kemampuan memompa darah ke seluruh tubuh tidak memadai (terjadi gagal jantung).
     Selain itu, kadar gula darah yang tinggi berkepanjangan, secara langsung dapat menyebabkan kerusakan sel otot jantung dan gangguan fungsi jantung (walaupun tidak disertai dengan peningkatan tekanan darah mapupun adanya PJK), atau disebut Kardiomiopati Diabetes yang dapat berkembang menjadi gagal jantung.

Frekuensi terjadinya gagal jantung 2 kali lipat pada pria penyandang diabetes dan 5 kali lipat pada wanita penyandang diabetes.

     Karena itu, skrining atau deteksi dini Kardiomiopati Diabetes diperlukan untuk mencegah terjadinya gagal jantung.

Cara Mendeteksi Dini Gagal Jantung
     Kardiomipati Diabetes merupakan salah satu kondisi yang mengawali terjadinya gagal jantung pada diabetisi. Kondisi ini dapat didiagnosis dengan pemeriksaan ultrasonografi  jantung atau echocardiography, namun pemeriksaan ini harus dilakukan oleh dokter ahli dan tidak semua sistem pelayanan kesehatan dilengkapi dengan alat ini. Karena itu, dianjurkan pemeriksaan skrining :
NT-proBNP, HbAIc, Albumin Urine Kuantitatif, Cystatin-C, dan Tekanan Darah
     Hanya mereka yang berisiko tinggi (hasilnya positif) yang dirujuk untuk melakukan echocardiography.

Apakah NT-proBNP itu?
     B-type Natriuretic Peptide (BNP) adalah hormon yang dihasilkan oleh otot jantung pada saat otot bilik (ventrikel) jantung meregang atau mengalami tekanan. BNP berfungsi mengatur keseimbangan pengeluaran garam dan air, termasuk mengatur tekanan darah. BNP diproduksi sebagai pre-hormon yang disebut proBNP. Pada saat terjadi peregangan otot jantung, pro-BNP akan dipecah menjadi 2 bagian yaitu bagian yang aktif (BNP) dan bagian yang lebih stabil yaitu NT-ProBNP, dan keduanya akan dibebaskan masuk ke dalam aliran darah/sirkulasi.
     Jika jantung, khususnya otot bilik jantung sebelah kiri (ventrikel kiri) fungsinya terganggu, kadar NT-proBNP di dalam darah akan meningkat. Karena itu, NT-proBNP digunakan sebagai penanda untuk deteksi gagal jantung.

Siapa Perlu Periksa NT-proBNP?
     Pada pasien yang berisiko tinggi, misalnya penyandang diabetes melitus tipe I yang mengalami nefropati diabetik (yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan Albumin Urine Kuantitatif), NT-proBNP merupakan penanda untuk memprediksi risiko kematian akibat penyakit jantung/pembuluh darah, meskipun pasien tidak mengalami gejala gagal jantung.
     Demikian juga pada penyandang diabetes melitus tipe 2 yang mengalami mikroalbuminuria. NT-proBNP merupakan penanda untuk memprediksi risiko kematian akibat gagal jantung kongestif.