Berdasarkan hasil Survei Komnas Perlindungan Anak di 33 provinsi tahun 2008 tentang remaja SMP dan SMA, yang pernah menonton film porno mencapai 97 persen.
Remaja SMP dan SMA yang pernah berciuman, masturbasi dan oral seks mencapai 93,7 persen, remaja SMP tidak perawan 62,7 persen dan remaja yang pernah aborsi mencapai 21,2 persen.
Bahkan, data PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2006 menunjukkan remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah adalah remaja usia 13 hingga 18 tahun. 60 persen diantaranya mengaku tidak menggunakan alat kontrasepsi dan mengaku melakukannya di rumah sendiri.
"Seksual aktif di kalangan remaja adalah realitas yang tidak bisa dipungkiri. Tingginya remaja yang melakukan seks pranikah di rumah karena orangtua merasa aman kalau membiarkan anaknya ada di rumah sendiri, sehingga tidak terlalu diawasi. Padahal, remaja paling banyak melakukannya di rumah," ujar Dr Sudibyo Alimoeso, MA, Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, dalam acara temu media di Gedung BKKBN Pusat, Jakarta, Rabu (22/2/2012).
Menurut Dr Sudibyo, kebanyakan remaja awalnya melakukan hubungan seks pranikah hanya karena coba-coba dan penasaran. Ini terjadi karena kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual yang dimiliki remaja.
Selain itu, kurangnya pengawasan orangtua di rumah juga seringkali membuat remaja merasa nyaman dan aman untuk melakukan hubungan seks pranikah.
"Ini juga karena pengetahuan orangtua yang tidak cukup untuk berkomunikasi tentang seksualitas dengan anak. Anak seharusnya mendapatkan informasi yang tepat dari orangtua agar dia tidak mendapatkan informasi yang salah dari luar, karena menurut survei kebanyakan remaja dapat informasi tentang seks dari temannya," jelas Dr Sudibyo.
Sumber : health.detik.com